Senin, 06 Oktober 2014

Do I Hate You? But I Really Loves You



ini selesai dibuatnya waktu hari Rabu, 20 Februari 2013

Do I Hate You? But I Really Loves You

          Dengan sedikit keringat dingin yang kini mulai bercucuran, detakan jantung yang tak karuan, namun hanya Aku yang bisa mendengar suara detakan ini. Entah bagaimana raut wajahku saat ini, seperti sedang berada ditengah monster mengerikan. Aku yang baru saja keluar dari WC segera berjalan menuju kelas. Namun, dari depan WC Aku melihat di dekat kolam ikan ada Kak Reza, Kak Ferdi, Kak Lingga dan segerombolan teman-temannya yang membuat mood ku jadi tak karuan seperti ini. Tidak ada pilihan lain, hanya ini satu-satunya jalan menuju kelasku. Meskipun tak hentinya mereka membuat telingaku ini panas karena mendengar celotehan dari mereka tentangku, terpaksa Aku harus kembali ke kelas melewati kerubunan monster mengerikan dihadapan ku.
“ciee... permisi teman-teman, permisi! Ada cewek cantik mau lewat nih!” teriak Kak Lingga.
“hey! Hati-hati, cewek cantik banyak yang nge-gebet lho!” sahut Kak Ferdi sambil menepuk bahu Kak Lingga.
Huh! ya sudahlah yang penting kelakuanku tidak separah mereka. Begitu sampai di kelas, Aku pun bergegas duduk di bangku dengan tak mempedulikan bagaimana raut wajahku saat ini.
 “kamu kenapa Kei, wajahmu kok pucat?” tanya Chaca, teman sebangku sekaligus sahabat yang paling pengertian.
“ya ampun keringatmu Keisha! Kayak habis kejar-kejaran sama nyamuk botak bekumis dan bergigi ompong, huahhahaa...” sahut Tania, sahabatku yang hobi melawak.
“ya sudah. Biarkan dia mengumpulkan nyawanya dulu, baru jawab pertanyaan dari kita. Betul kan? Betul kan bawel? Betul kan?” timbal Ririn, sahabatku yang sedikit lebay.
“ah, Aku tahu. Pasti ini ada kaitannya dengan masalahmu sama Kak Reza. Nggak jauh dari itu deh, benar nggak Kei?” tanya Chaca lagi.
          Aku memang sedang mempunyai masalah dengan cowok gebetanku itu. Dulu hubunganku dengan Kak Reza sangat baik, namun setelah Kak Reza melihat catatan yang ada dibelakang buku ku, dia mengetahui bahwa Aku diam-diam mencintai dia, hubungan kami menjadi seburuk ini, bahkan Aku pun tak tahu mengapa bisa seperti ini. Semenjak hari itu, Aku menjauh dari Kak Reza karena malu. Aku fikir ini yang terbaik, namun sepertinya Kak Reza salah mengartikan sikapku.
“sudah Kei, dari dulu sampai sekarang sifatnya masih belum berubah. Kamu tahu sendiri kan, dia itu gengsian banget orangnya.” Ujar Chaca menenangkan ku.
“Aku yakin kok, kalau Kak Reza juga punya perasaan yang sama sepertimu. Nggak mungkin Kak Reza bisa semarah ini hanya karena kamu menjauh dari dia!” ujar Ririn.
“bagaimana sih ini? Keisha... curhat doong!” pinta Tania yang berkata seperti itu dengan memperagakan gaya seperti Mamah Dedeh yang membuat ku juga yang lainnya tertawa. Lalu Aku pun mulai menceritakan saat Aku keluar dari WC tadi sampai duduk dibangku ini. Tiba-tiba guru piket datang dan memberi tahu bahwa hari ini Madam Novi tidak dapat mengajar karena harus menemani anak nya yang sedang dirawat di rumah sakit. Akhirnya kami harus menyelesaikan tugas Bahasa Perancis siang ini juga. Tak lama, akhirnya bel istirahat pun berbunyi.
“ke kantin yu ah, hilangin badmood ku niih!”
“Aku juga lapar banget gara-gara kerjain tugas Bahasa Perancis tadi. Kalau Aku traktir bakso gimana?” sahut Chaca.
“asyiiik.... seriusan? Kesambet apaan Cha?” jawab Ririn.
“ah kamu Ndut, urusan makanan aja semangat empat lima” Ujar Tania sambil mengelus perut Ririn yang lumayan berisi.
“huuu.... geli Tania! Yaa harus semangat dong, ayo senyum dong Keisha bawel, jangan cemberut lagi...” ujar Ririn menyemangatiku.
“serius-lah guys, aku baru dikasih honor dari si babeh nih!” jawab Chaca.
“honor apaan maksudnya Cha?” tanyaku heran.
“biasaa.... honor nge-babu dirumah. Mamaku kan pergi kerumah nenek di Bali, jadi siapa lagi coba yang bantu-bantu dirumah kalau bukan Aku?” jawab Chaca lagi.
“oke deh! Mending sekarang kita kekantin, kalau kantin penuh kan gawat” sahut Ririn lagi.
“udah deh Ndut, nggak usah lebay gitu. Upps, sorry!” jawab Tania lagi.
          Sesampainya disana, kami pun duduk dimeja kantin sedangkan Chaca yang hafal betul dengan kesukaan kami yang memesan empat porsi mie bakso untuk kami dengan catatan sesuai favorit kami masing-masing. Namun ditengah keramaian ini, Aku masih saja melamunkan kejadian tadi dan masalahku yang membuat hubunganku dengan Kak Reza sebagai kakak dan adik kelas semakin menjauh.
“nggak mau ketemu sama mereka! Nggak mau ketemu dia! Nggak mau ketemu dia! Nggak mau ketemu dia!”
“ssstt, Kei....” bisik Tania sambil mengarahkan matanya dan menggerakkan kecil kepalanya ke sebelah kanan dia.
“hah, My God!!” teriakku dalam hati.  Aku tak sadar kalau orang disebelah Tania itu Kak Reza, Kak Ferdi, Kak Lingga dan segerombolan teman mereka.
“Fer, itu tuh.. cewek itu!” bisik Kak Reza sambil menoleh kearah ku.
Aduuh, gimana niih? Nggak mungkin kalau Aku ngebalik sambil lari menuju kelas sedangkan semangkuk mie bakso sudah ada di depan mata. Aaaargh!! Help Me Abang bakso, help Me. This is an emergency!! Teriakku dalam hati. Kalau Aku bilang dan teriak seperti ini secara langsung, yang ada dibilang cewek apaan Aku di mata mereka nantinya.
guys, kita makan dikelas aja yuk!” ajak Tania sambil berdiri membawa mangkuk bakso.
okey, ayo girls” ajak Chaca pula.
Alhamdulillah.. huh, akhirnya.
“hati-hati ya dek, awas gebetannya ngikutin dari belakang!” teriak Kak Lingga. Mereka menertawakan dari belakang saat kami berjalan.
“kurang ajar! Aku semakin nggak mau aja ketemu sama mereka!”
“sabar Keisha sabaaarr.... emang kurang ajar banget moster-monster sekolah kita!” Ririn nge-dumel sambil berjalan disebelahku.
****

          Seperti biasa Aku, Chaca, Ririn juga Tania berangkat sekolah bersama. Baru saja memasuki gerbang sekolah, sambil berjalan menuju kelas Aku merasakan firasat tidak baik.
“kok Aku deg-deg an yah? Kenapa Aku jadi takut gini yah?”
“iya lah Kei, kamu kan hidup makanya kamu deg-deg an. Gimana sih ah!” sahut Tania.
“oh pantas saja, ada monster and the gang tuh di depan kelas mereka”sahut Chaca pula.
“Haduh, kemarin Aku bilang nggak mau ketemu mereka. Kenapa masih pagi gini udah harus ketemu sih?” ucapku pelan. Terpaksa kami pun melewati depan kelas mereka.
“Fer, sebenarnya Aku juga mau sama dia. Tapi kalau inginnya menjauh, yasudah..” sahut Kak Reza.
“ahhahaaa..... Aku bilang juga jangan gengsi-an lah, begini nih  ceritanya kalau sama-sama gengsi” jawab Kak Ferdi.
“Kak Reza lagi curhat Kak?” tanyaku dengan sikap dingin sambil berjalan melewati mereka.
“iya Keisha, si Reza emang hobi banget curhat” jawab Kak Lingga.
“biarlah. Dulu saja sok jual mahal, nah sekarang baru deh menyesal” ujar Kak Reza lagi.
“bagus za, bagus. Biar menjadi pengalaman di SMA buat kalian, yakin deh pasti susah untuk dilupakan” jawab Kak Lingga lagi.
Obrolan mereka masih saja terdengar sampai belokan tangga menuju kelasku.
“Kei, lihat nih! Kak Reza buat Timeline di Twitter ” sahut Ririn sambil berjalan menuju kelas kami.
“apa katanya? Coba bacakan!” tanya Chaca penasaran.
“anggap saja kita nggak pernah ketemu, nggak pernah kenal, dan nggak ada hubungan apapun. Pake tanda seru banyak segala lagi Kei” ucap Ririn menjelaskan.
“ingin pergi.... ingin pindah sekolah!!” teriakku didalam kelas.
“jangan dong! Kalau nggak ada kamu, siapa lagi yang paling bawel di kelas?” sahut Chaca.
“jangankan kalau kamu nggak ada, kamu galau tiap hari seperti ini saja bawel kamu mulai menghilang” sahut Tania pula.
          Iya sih. Hampir semua teman dikelas berkata, akhir-akhir ini Aku selalu terlihat murung dalam kelas. Baru kali ini Aku merasakan galau segalau-galau nya hanya karena cowok nyebelin seperti Kak Reza. Ku akui, mungkin Aku memang tidak begitu cantik, Aku bukan siapa-siapa, dan Aku bukan apa-apa dimata Kak Reza. Dulu Aku memang sempat jatuh cinta padanya, tepatnya dua minggu setelah masa orientasi siswa angkatan ku. Bisa dibilang jatuh cinta pada pandangan pertama. Waktu pertama kali Aku bertemu Kak Reza disamping lapangan olahraga, dia memberi ku senyuman. Nah, mulai detik itu juga jantungku selalu berdebar lebih cepat dari biasanya. Kalau kata orang sih, itu yang dinamakan cinta. Ah tapi itu dulu, kalau sekarang..... entahlah?
****

          Sekarang Aku sudah kelas sebelas dan Kak Reza naik ke kelas dua belas. Sudah beberapa bulan lamanya Aku berusaha melupakan semua incident dimasa lalu itu. Bahkan sebelum kenaikan kelas Aku, Chaca, Ririn juga Tania pun sudah lama tak pernah lagi muncul dihadapan Kak Reza, Kak Ferdi dan Kak Lingga. Tapi hari ini Kak Reza menemuiku ke kelas. Aku heran, darimana dia mengetahui kelasku disini? Sekarang hubungan kami tak separah dulu saat ku masih dikelas sepuluh. Dan hal yang dulu menurut ku tak mungkin kini menjadi nyata. Aku dan Kak Reza bersahabat seperti dulu. Kak Reza dan teman-temannya mungkin sudah melupakan incident masa lalu. Kak Ferdi dan Kak Lingga pun kini berubah, mmm... seratus delapan puluh derajat deh. Aku mengobrol dengan Kak Reza didepan kelasku.
“halo kawan! Nggak salah lihat nih?” sahut Ririn mengagetkan ku dan Kak Reza dari belakang.
“ciee, ada yang bersemi kembali niih” sahut Chaca.
“iya benar, Anggrek ditaman sebelah perpustakaan yang  sekarang lagi bersemi tuh Cha!” jawab Tania.
“hai semua! Mmm.... Kei, Kakak ke kelas dulu ya” sahut Kak Reza.
“oh, iya Kak”
          Karena mereka begitu penasaran, setelah Kak Reza kembali kekelas nya Akupun segera menjawab dan menjelaskan pada ketiga sahabatku. Benar dugaan mereka, kini Aku dan Kak Reza sedang dekat namun hanya sebatas sahabat. Selain mengobrolkan yang tidak jelas, barusan Aku dan Kak Reza sedikit bercerita. Ternyata kini dia sudah mempunyai seorang pacar. Ketua OSIS baru tahun ini, Mella namanya. Ketika ketiga sahabatku ini bertanya bagaimana dengan ku sekarang,  Aku hanya menjawab “iya, Aku baik-baik saja. Ini buktinya Aku nggak galau lagi” ku berkata seperti itu dengan senyuman sederhana ini namun tak semanis senyuman yang lain, demi menutupi kekecewaan ini.
****

          Besok adalah hari Ujian Nasional bagi kelas dua belas. Otomatis kelas sepuluh dan sebelas diliburkan. Senin depannya Aku masuk sekolah seperti biasa berangkat bersama ketiga sahabatku.
“halo bawel.. hai teman-temannya bawel!” sahut Kak Reza
“hei Kak! Kenapa sekolah? Bukannya kelas dua belas sudah bebas?” tanyaku.
“iya sih, kita memang libur. Tapi daripada dirumah, kan bosen jadinya” jawab Kak Ferdi.
“lagipula kita kangen suasana sekolah seperti ini” jawab Kak Reza pula.
“kangen Mella yaa Kak? Huehheehehee...” timbal Tania.
“ah kamu bikin muka si Reza malu tuh, huahhahaa...” jawab Kak Ferdi lagi.
“oh ya Kei, istirahat nanti bisa ketaman sebelah perpustakaan? Ada yang ingin Kakak sampaikan” sahut Kak Lingga.
“kayaknya serius ya Kak? Oke deh, sip!”
“mmm, kita ke kelas dulu ya Kak..” sahut Chaca.
Setelah bel istirahat berbunyi, Akupun segera menuju ke taman sebelah perpustakaan. Disana terlihat Kak Ferdi dan Kak Lingga yang sudah menunggu.
“mengapa hanya berdua? Kak Reza mana?”
“Reza sudah pulang duluan, buru-buru katanya” jawab Kak Ferdi.
“oh ya, ada apa nih Kak ajak Aku kesini?”
“sebenarnya kita disuruh oleh Reza, kita sudah menolaknya namun dia tetap memaksa. Katanya sih dia malu dan gak jelas deh pokoknya” jawab Kak Lingga.
“kenapa harus malu? Memang ada apa sih?” tanyaku heran.
“tadi pagi sebelum bel masuk Reza ketemuan sama Mella, hubungan mereka baru saja putus” jawab Kak Ferdi.
“putus? Kenapa bisa? Lalu apa hubungannya denganku?”
“alasan Reza memutuskan hubungannya dengan Mella itu kamu Kei, barusan dia berkata jujur dan kita saksinya” jawab Kak Ferdi lagi.
“sebenarnya Reza itu menyimpan rasa sayangnya buat kamu dari dulu dan sampai saat ini pun belum berubah, katanya hanya kamu yang benar-benar ada dihatinya” jelas Kak Lingga.
“ah bohong nih. Kak Lingga bercanda ya? Nggak lucu ah!”
“serius Keisha. Sebentar lagi kita mau lulus dari sekolah ini, jadi kamu harus tahu yang sebenarnya dan untuk apa kita bercanda dalam urusan kayak gini” jawab Kak Lingga lagi.
“eh, nggak-nggak. Kita nggak jadi menceritakan yang sebenarnya. Besok kan hari sabtu, sekolah libur. Lebih baik kamu temui Reza di Bandara Husein Sastranegara jam 8 pagi. Ajak teman-temanmu juga, karena kita juga akan kesana besok” timbal Kak Ferdi.
****

          Esoknya, Akupun pergi ke Bandara ditemani ketiga sahabatku. Setibanya disana, sudah ada Kak Reza, Kak Ferdi, dan Kak Lingga. Kamipun memperbincangkan untuk apa kami menemui Kak Reza disini. Kemudian Kak Reza menarik tanganku ke tempat lain.
“Keisha, ini kotak musik dengan warna favoritmu kenang-kenangan dari Kakak. Aku yakin kamu pasti marah setelah mendengar penjelasan dari Ferdi dan Lingga kemarin tentangku yang sudah membohongi perasaan ini. Tiga puluh menit lagi Aku akan berangkat menuju Jepang. Do’a-kan Aku supaya berhasil melanjutkan sekolah tinggi di Tohoku University of Art and Design di Yamagata. Bisa jadi ini adalah pertemuan terakhir kita. Jangan sedih ya Kei, jangan marah. Tapi ini adanya, Aku benar-benar sayang sama kamu sejak pertama kali bertemu. Kalau suatu saat nanti kita bertemu kembali, sudah pasti itu takdir cinta lah yang mengizinkan. Mungkin kamu ilfeel dengan perkataan ku ya? Aku janji akan selalu menghubungimu darisana. I Love You Keisha cantik.”
          Tak lama kemudian kami berdua pun kembali ketempat tadi. Aku, Chaca, Ririn, Tania, Kak Ferdi, juga Kak Lingga pun mengucapkan selamat tinggal untuk Kak Reza sambil melambaikan tangan untuk terakhir kalinya. Tanpa kusadari, air mataku terjatuh membasahi kotak musik berwarna pink pemberian dari Kak Reza ini. Hingga kini Aku selalu bertanya do I hate You monster ku?” namun pada akhirnya Aku selalu berkata “but, I really Loves You Kak Reza”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar