agak sedikit ragu juga sebenernya buat nge publikasikan cerpen yang selesai aku buat ini waktu hari Sabtu, 23 Maret 2013. punya pengalaman nih, pernah ngirim cerpen yang ujung-ujung nya menghasilkan uang, yaa lumayanlah buat nambah uang saku waktu itu aku masih berstatus anak SMA. sempet punya keinginan juga jadi seorang penulis cerpen, novel, apalagi bisa sampai ke skenario. awalnya hobby ini muncul waktu aku masih duduk di bangku kelas XI IPA 3, mulai dari beberapa tugas kelompok drama dan film itu selalu aku yang ingin membuat jalan ceritanya makanya gak tau kenapa sampai sekarang masih suka sama yang namanya "Writing Story". jujur dan ku akui cerpen yang aku buat emang sedikit alay, maklumlah masih kebawa situasi remaja labih ahhaha. dan ini posting pertama ku.
" Bye-bye
Miss Galau!! "
karya: Nurul Asri Fauzyah
Kata
benci mudah dirubah menjadi kata cinta. Namun harus ku akui, memang sulit
mengubah rasa cinta yang dulu pernah ada menjadi rasa benci. Banyak sahabatku
disekolah yang merasa iri melihat cara berpacaranku, anak kelas sebelas dengan
kak Reza anak kelas dua belas. Menurutku wajar saja sih, karena selama kita berpacaran
sangat berkesan dan bisa dibilang romantis jika dibandingkan dengan yang lain.
Hubungan kita selalu baik-baik saja dan tak pernah ada masalah, namun ada satu incident yang membuat kak Reza
memutuskan hubungan ini denganku. Sudah hampir dua bulan kita putus dan Aku
masih belum bisa move on dari kak
Reza. Kuharap ini curhatan terakhirku di My
diary dan ini tangisan terakhirku untuk sakit hati yang selama ini masih membekas.
Bahkan Aku sendiri pun masih bingung bagaimana dan dengan cara apa mengobati
perihnya batin ini. Hubunganku dengan kak Reza putus hanya karena dia melihatku
barcanda dengan riang tertawa didepan kelasku sambil diraih-nya pundakku oleh
Gerald dengan satu tangannya.
Sudah
berkali-kali Aku menjelaskan bahwa Gerald hanya sahabatku dikelas, jadi
seharusnya sudah biasa jika Aku dan Gerald terlihat sangat akrab. Tapi tetap
saja, ini bukan hal biasa menurut kak Reza.
“Livia please... Aku juga nggak tahu kalau akhirnya bisa kayak gini ceritanya. Maaf gara-gara Aku, hubungan kalian jadi bubar deh” untuk kesekian kalinya Gerald meminta maaf dan berkata seperti itu padaku, dan untuk kesekian kalinya pula Aku menjawab “oke Gerald, santai aja... nggak usah lebay gitu ah!”
semenjak hari itu Aku jadi sering murung dikelas, sampai-sampai Aku dijuluki sebagai
“Miss galau” oleh teman-teman disekolah. Tapi mulai hari ini juga dengan tangisan terakhirku ini, julukan itu akan kucoba hilangkan.
“Livia please... Aku juga nggak tahu kalau akhirnya bisa kayak gini ceritanya. Maaf gara-gara Aku, hubungan kalian jadi bubar deh” untuk kesekian kalinya Gerald meminta maaf dan berkata seperti itu padaku, dan untuk kesekian kalinya pula Aku menjawab “oke Gerald, santai aja... nggak usah lebay gitu ah!”
semenjak hari itu Aku jadi sering murung dikelas, sampai-sampai Aku dijuluki sebagai
“Miss galau” oleh teman-teman disekolah. Tapi mulai hari ini juga dengan tangisan terakhirku ini, julukan itu akan kucoba hilangkan.
Hari
ini... Aku, Amelia, Chika, Gerald, dan Jamal istirahat bersama di kantin
sekolah sambil mengobrol seperti biasanya.
“cuy, besok kan hari sabtu tuh, kita malam mingguan bareng ke Bandung yuk!” ajak Chika, membuka obrolan kami.
“boleh juga, tapi jangan kemalaman ya. Kalian tahu sendiri kan kalau babeh Karta ngomel, pasti bisa berjam-jam” jawab Amel, anak babeh Karta yang kumisnya baplang.
“memang mau kesana naik apa? Motor? Mobil bokap? Angkot? Atau kereta api?” timbal jamal, sahabatku yang selalu dibilang kece badai oleh hampir semua cewek di sekolah ini. Tapi tidak untuk Aku, Amelia, dan Chika.
“mending kita naik kereta api, yaa sambil seru-seruan juga... gimana?” jawab Gerald.
“oke deh. Besok jam 12.00 kita kumpul di stasiun”
“cuy, besok kan hari sabtu tuh, kita malam mingguan bareng ke Bandung yuk!” ajak Chika, membuka obrolan kami.
“boleh juga, tapi jangan kemalaman ya. Kalian tahu sendiri kan kalau babeh Karta ngomel, pasti bisa berjam-jam” jawab Amel, anak babeh Karta yang kumisnya baplang.
“memang mau kesana naik apa? Motor? Mobil bokap? Angkot? Atau kereta api?” timbal jamal, sahabatku yang selalu dibilang kece badai oleh hampir semua cewek di sekolah ini. Tapi tidak untuk Aku, Amelia, dan Chika.
“mending kita naik kereta api, yaa sambil seru-seruan juga... gimana?” jawab Gerald.
“oke deh. Besok jam 12.00 kita kumpul di stasiun”
****
“udah jam segini si Jamal belum nyampe juga?” sahut
Gerald.
“penjualan tiket kereta jurusan bandung udah dibuka tuh, sebentar lagi pasti keretanya datang”.
“kamu ada pulsa nggak Liv, telepon aja dia...” sahut Chika.
“yaa ada sih, nih handphone nya, kamu aja deh yang telepon”.
lalu Chika pun menghubungi Jamal yang ternyata belum berangkat dan masih berada di rumah.
“tuh kan kereta nya udah lewat. Terpaksa deh kita harus tunggu disini sampai dua jam lamanya” gerutu Amel.
akhirnya Jamal pun datang. Setibanya dia di hadapan kami, nggak ada basa-basi lagi kami mengomeli sambil mengacak-acak rambut kece nya karena kesal menunggu dia yang lamanya minta ampun dan gara-gara Jamal pula kami terpaksa harus menunggu dua jam lagi sampai kereta jurusan ke Bandung datang.
Dua jam pun berlalu. Setibanya di stasiun Bandung, kami pun segera menuju ke salah satu mall disini. Tak peduli tempat dimana kami sekarang, tingkah konyol dan memalukan kami selalu saja muncul. Pertama, saat kami berada didepan tempat karaoke, Chika mengajak ngobrol sambil candaan jengkelnya kepada salah seorang petugas pintu masuk yang kumisnya mirip dengan kumis babeh Karta sampai orang itu kesal dan mengusir kami karena Chika terus mengganggunya. So, karaoke-an gagal deh. Kedua, kami menonton film horor terbaru di bioskop twenty one, namun sebelumnya kami membeli pop corn dan minuman bersoda. Saat pertengahan film, mulai deh adegan menakutkan dan menyeramkan itu muncul sampai Gerald si penakut dengan spontan melemparkan pop corn yang ia pegang sambil berteriak. Yaa... otomatis semua mata dengan tatapan sinis tertuju pada Gerald. Memang salah kami berempat juga sih yang memaksa Gerald supaya ikut menonton film horor ini, padahal Aku, Amel, Chika, dan Jamal tahu persis kalau dia anti banget dengan apapun yang berbau mistis. Ketiga, saat di Photo Studio. Selesai kami ber-photo, Amel tak sengaja menumpahkan gelas berisi minuman milik karyawan disebelah komputer sehingga membasahi photo yang sudah selesai di cetak milik pengunjung lain. Ujung-ujungnya, kita diomeli dan harus membayar cetakan ulang photo tersebut. Ya ampuuunn...!!
“penjualan tiket kereta jurusan bandung udah dibuka tuh, sebentar lagi pasti keretanya datang”.
“kamu ada pulsa nggak Liv, telepon aja dia...” sahut Chika.
“yaa ada sih, nih handphone nya, kamu aja deh yang telepon”.
lalu Chika pun menghubungi Jamal yang ternyata belum berangkat dan masih berada di rumah.
“tuh kan kereta nya udah lewat. Terpaksa deh kita harus tunggu disini sampai dua jam lamanya” gerutu Amel.
akhirnya Jamal pun datang. Setibanya dia di hadapan kami, nggak ada basa-basi lagi kami mengomeli sambil mengacak-acak rambut kece nya karena kesal menunggu dia yang lamanya minta ampun dan gara-gara Jamal pula kami terpaksa harus menunggu dua jam lagi sampai kereta jurusan ke Bandung datang.
Dua jam pun berlalu. Setibanya di stasiun Bandung, kami pun segera menuju ke salah satu mall disini. Tak peduli tempat dimana kami sekarang, tingkah konyol dan memalukan kami selalu saja muncul. Pertama, saat kami berada didepan tempat karaoke, Chika mengajak ngobrol sambil candaan jengkelnya kepada salah seorang petugas pintu masuk yang kumisnya mirip dengan kumis babeh Karta sampai orang itu kesal dan mengusir kami karena Chika terus mengganggunya. So, karaoke-an gagal deh. Kedua, kami menonton film horor terbaru di bioskop twenty one, namun sebelumnya kami membeli pop corn dan minuman bersoda. Saat pertengahan film, mulai deh adegan menakutkan dan menyeramkan itu muncul sampai Gerald si penakut dengan spontan melemparkan pop corn yang ia pegang sambil berteriak. Yaa... otomatis semua mata dengan tatapan sinis tertuju pada Gerald. Memang salah kami berempat juga sih yang memaksa Gerald supaya ikut menonton film horor ini, padahal Aku, Amel, Chika, dan Jamal tahu persis kalau dia anti banget dengan apapun yang berbau mistis. Ketiga, saat di Photo Studio. Selesai kami ber-photo, Amel tak sengaja menumpahkan gelas berisi minuman milik karyawan disebelah komputer sehingga membasahi photo yang sudah selesai di cetak milik pengunjung lain. Ujung-ujungnya, kita diomeli dan harus membayar cetakan ulang photo tersebut. Ya ampuuunn...!!
****
“Mel, antar ke toilet yuk!” ajak Chika.
“ah, kebiasaan nih, kebelet mulu hobi nya” jawab Amel.
“jangan lama-lama yaa..” jawabku pula. Tiba-tiba suara handphone berdering.
“Aku kesana sebentar ya, mau angkat telepon” sahut Jamal.
“apalagi? Jangan bilang kamu mau ninggalin juga!” sahutku pada Gerald yang menatapku dengan penuh tanda tanya yang kulihat di mata nya.
“sorry Liv, sorry... kayaknya topiku tertinggal di tempat Photo Studio tadi ya?”
“yasudah, cepat sana ambil! Kesal kan jadinya”
Tinggal Aku sendiri di meja makan ini sambil menggulung-gulung spaghetti dengan garpu di atas meja karena sudah tak selera lagi melihat empat sahabatku meninggalkan kursi kosong di sekelilingku. Dalam lamunanku ini tiba-tiba saja terlintas wajah kak Reza. Padahal seharian ini penuh keceriaan dan seperti yang kuharapkan, move on dari kak Reza.
Hmm... gara-gara ditinggal sendirian gini nih jadinya.
“ah, kebiasaan nih, kebelet mulu hobi nya” jawab Amel.
“jangan lama-lama yaa..” jawabku pula. Tiba-tiba suara handphone berdering.
“Aku kesana sebentar ya, mau angkat telepon” sahut Jamal.
“apalagi? Jangan bilang kamu mau ninggalin juga!” sahutku pada Gerald yang menatapku dengan penuh tanda tanya yang kulihat di mata nya.
“sorry Liv, sorry... kayaknya topiku tertinggal di tempat Photo Studio tadi ya?”
“yasudah, cepat sana ambil! Kesal kan jadinya”
Tinggal Aku sendiri di meja makan ini sambil menggulung-gulung spaghetti dengan garpu di atas meja karena sudah tak selera lagi melihat empat sahabatku meninggalkan kursi kosong di sekelilingku. Dalam lamunanku ini tiba-tiba saja terlintas wajah kak Reza. Padahal seharian ini penuh keceriaan dan seperti yang kuharapkan, move on dari kak Reza.
Hmm... gara-gara ditinggal sendirian gini nih jadinya.
****
“Livia!” terdengar suara kak Reza memanggil namaku.
Apa ini Cuma khayalanku?
“Liv... Livia!” orang yang memanggil namaku itu kini memegang pundakku.
“kak Reza! Kenapa bisa ada disini?” tanyaku heran melihat sosok kak Reza yang kubayangkan berada tepat di belakang ku.
“sendirian Kak?”
“iya”
“oh, kebetulan banget dong ketemu disini. Gabung aja Kak, Aku sendiri nungguin Amel, Chika, Jamal juga Gerald... emmh, yaa sahabatku maksudnya”
“Aku tahu kok. Liv, maaf ya selama ini Aku keras kepala dan nggak pernah percaya dengan penjelasan kamu, mau maafin aku kan?”
“oke, pasti dong kak. Mmm... apa kakak udah punya pengganti Aku?”
“selama ini Aku mencari pengganti kamu, tapi tetap saja”
“tetap kenapa kak?”
“hati kecilku selalu menyesal dengan perkataanku saat memutuskan hubungan kita”
“jadi maksud kakak?”
“Liv, apa kamu masih mau jadi pacarku kembali? Untuk hari ini, esok dan selamanya!”
tak kusangka, di malam ini kak Reza datang menemuiku dan mengatakan hal ini. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutku. Aku hanya menganggukkan kepala dan tersenyum malu menerima bingkisan bunga mawar merah bertangkai dari tangan kak Reza. Tak lama kemudian, Amel, Chika, Gerald, dan Jamal menghampiri Aku dan kak Reza.
“asyiiik, rencana kita berhasil kan kak?” sahut Amel.
“wah kita bakalan kehilangan Miss galau nih kayaknya...” timbal Gerald.
“oh ya Liv, sorry. Sebenarnya dari awal kalian berada di stasiun sampai disini, Aku ikut dari belakang kalian”
“jadi.... ini semua rencana kalian?” tanyaku kesal.
“SURPRISE.......... Happy Birthday Miss Galau!!” serempak mereka berteriak dengan mempersembahkan kue ulang tahun dan kado dari mereka. Aku kira, mereka benar-benar lupa dengan hari ulang tahunku. Karena sejak tadi siang, tak seorang pun diantara mereka yang memberi ucapan selamat untukku.
“makasiih semuanya, Aku bingung harus bilang apa sekarang”.
“nggak nyangka yah, Miss galau kita bisa menangis bahagia juga” sahut Jamal.
“iya dong, dan bukan tangis nggak penting lagi. Upps, sorry...” sahut Chika pula.
“happy sweet seventeen sayang.. i love you Miss galau”
“Liv... Livia!” orang yang memanggil namaku itu kini memegang pundakku.
“kak Reza! Kenapa bisa ada disini?” tanyaku heran melihat sosok kak Reza yang kubayangkan berada tepat di belakang ku.
“sendirian Kak?”
“iya”
“oh, kebetulan banget dong ketemu disini. Gabung aja Kak, Aku sendiri nungguin Amel, Chika, Jamal juga Gerald... emmh, yaa sahabatku maksudnya”
“Aku tahu kok. Liv, maaf ya selama ini Aku keras kepala dan nggak pernah percaya dengan penjelasan kamu, mau maafin aku kan?”
“oke, pasti dong kak. Mmm... apa kakak udah punya pengganti Aku?”
“selama ini Aku mencari pengganti kamu, tapi tetap saja”
“tetap kenapa kak?”
“hati kecilku selalu menyesal dengan perkataanku saat memutuskan hubungan kita”
“jadi maksud kakak?”
“Liv, apa kamu masih mau jadi pacarku kembali? Untuk hari ini, esok dan selamanya!”
tak kusangka, di malam ini kak Reza datang menemuiku dan mengatakan hal ini. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutku. Aku hanya menganggukkan kepala dan tersenyum malu menerima bingkisan bunga mawar merah bertangkai dari tangan kak Reza. Tak lama kemudian, Amel, Chika, Gerald, dan Jamal menghampiri Aku dan kak Reza.
“asyiiik, rencana kita berhasil kan kak?” sahut Amel.
“wah kita bakalan kehilangan Miss galau nih kayaknya...” timbal Gerald.
“oh ya Liv, sorry. Sebenarnya dari awal kalian berada di stasiun sampai disini, Aku ikut dari belakang kalian”
“jadi.... ini semua rencana kalian?” tanyaku kesal.
“SURPRISE.......... Happy Birthday Miss Galau!!” serempak mereka berteriak dengan mempersembahkan kue ulang tahun dan kado dari mereka. Aku kira, mereka benar-benar lupa dengan hari ulang tahunku. Karena sejak tadi siang, tak seorang pun diantara mereka yang memberi ucapan selamat untukku.
“makasiih semuanya, Aku bingung harus bilang apa sekarang”.
“nggak nyangka yah, Miss galau kita bisa menangis bahagia juga” sahut Jamal.
“iya dong, dan bukan tangis nggak penting lagi. Upps, sorry...” sahut Chika pula.
“happy sweet seventeen sayang.. i love you Miss galau”
Malam
ini benar-benar mengesankan. Dan detik-detik terakhir ku berada disini adalah moment terindah. Inilah puncak dari
harapanku untuk menghilangkan julukan Miss
galau di sekolah. “i love you too Kak
Reza..” ucapku dalam hati.
“hei, udah jam setengah sembilan malam nih.. bisa-bisa Aku dikurung sama babeh Karta dikamar sendiri. Aaarrghh... help Me..!” teriak Amel mengalihkan semua pandangan pengunjung disini.
“dan kini saatnya Aku teriak Bye-bye Miss Galau..!” Aku dan sahabat juga kak reza pun tertawa lepas... eits, kecuali Amel yang lagi mikirin nasibnya dirumah, haduuh... akhirnya penantian ku selama dua bulan ini terjawab. I like today and I like sweet seventeen.
“hei, udah jam setengah sembilan malam nih.. bisa-bisa Aku dikurung sama babeh Karta dikamar sendiri. Aaarrghh... help Me..!” teriak Amel mengalihkan semua pandangan pengunjung disini.
“dan kini saatnya Aku teriak Bye-bye Miss Galau..!” Aku dan sahabat juga kak reza pun tertawa lepas... eits, kecuali Amel yang lagi mikirin nasibnya dirumah, haduuh... akhirnya penantian ku selama dua bulan ini terjawab. I like today and I like sweet seventeen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar