ini selesai dibuatnya waktu hari Rabu, 20 Februari 2013
Do
I Hate
You? But
I
Really
Loves You
Dengan
sedikit keringat dingin yang kini mulai bercucuran, detakan jantung yang tak
karuan, namun hanya Aku yang bisa mendengar suara detakan ini. Entah bagaimana
raut wajahku saat ini, seperti sedang berada ditengah monster mengerikan. Aku yang baru saja keluar dari WC segera
berjalan menuju kelas. Namun, dari depan WC Aku melihat di dekat kolam ikan ada
Kak Reza, Kak Ferdi, Kak Lingga dan segerombolan teman-temannya yang membuat mood ku jadi tak karuan seperti ini.
Tidak ada pilihan lain, hanya ini satu-satunya jalan menuju kelasku. Meskipun
tak hentinya mereka membuat telingaku ini panas karena mendengar celotehan dari
mereka tentangku, terpaksa Aku harus kembali ke kelas melewati kerubunan monster mengerikan dihadapan ku.
“ciee...
permisi teman-teman, permisi! Ada cewek cantik mau lewat nih!” teriak Kak
Lingga.
“hey!
Hati-hati, cewek cantik banyak yang nge-gebet lho!” sahut Kak Ferdi sambil
menepuk bahu Kak Lingga.
Huh!
ya sudahlah yang penting kelakuanku tidak separah mereka. Begitu sampai di kelas,
Aku pun bergegas duduk di bangku dengan tak mempedulikan bagaimana raut wajahku
saat ini.
“kamu kenapa Kei, wajahmu kok pucat?” tanya
Chaca, teman sebangku sekaligus sahabat yang paling pengertian.
“ya
ampun keringatmu Keisha! Kayak habis kejar-kejaran sama nyamuk botak bekumis
dan bergigi ompong, huahhahaa...” sahut Tania, sahabatku yang hobi melawak.
“ya
sudah. Biarkan dia mengumpulkan nyawanya dulu, baru jawab pertanyaan dari kita.
Betul kan? Betul kan bawel? Betul kan?” timbal Ririn, sahabatku yang sedikit
lebay.
“ah,
Aku tahu. Pasti ini ada kaitannya dengan masalahmu sama Kak Reza. Nggak jauh
dari itu deh, benar nggak Kei?” tanya Chaca lagi.
Aku
memang sedang mempunyai masalah dengan cowok gebetanku itu. Dulu hubunganku
dengan Kak Reza sangat baik, namun setelah Kak Reza melihat catatan yang ada
dibelakang buku ku, dia mengetahui bahwa Aku diam-diam mencintai dia, hubungan
kami menjadi seburuk ini, bahkan Aku pun tak tahu mengapa bisa seperti ini.
Semenjak hari itu, Aku menjauh dari Kak Reza karena malu. Aku fikir ini yang
terbaik, namun sepertinya Kak Reza salah mengartikan sikapku.
“sudah Kei, dari dulu sampai sekarang
sifatnya masih belum berubah. Kamu tahu sendiri kan, dia itu gengsian banget
orangnya.” Ujar Chaca menenangkan ku.
“Aku yakin kok, kalau Kak Reza juga
punya perasaan yang sama sepertimu. Nggak mungkin Kak Reza bisa semarah ini
hanya karena kamu menjauh dari dia!” ujar Ririn.
“bagaimana sih ini? Keisha... curhat
doong!” pinta Tania yang berkata seperti itu dengan memperagakan gaya seperti
Mamah Dedeh yang membuat ku juga yang lainnya tertawa. Lalu Aku pun mulai
menceritakan saat Aku keluar dari WC tadi sampai duduk dibangku ini. Tiba-tiba
guru piket datang dan memberi tahu bahwa hari ini Madam Novi tidak dapat
mengajar karena harus menemani anak nya yang sedang dirawat di rumah sakit.
Akhirnya kami harus menyelesaikan tugas Bahasa Perancis siang ini juga. Tak
lama, akhirnya bel istirahat pun berbunyi.
“ke kantin yu ah, hilangin badmood ku niih!”
“Aku juga lapar banget gara-gara kerjain
tugas Bahasa Perancis tadi. Kalau Aku traktir bakso gimana?” sahut Chaca.
“asyiiik.... seriusan? Kesambet apaan
Cha?” jawab Ririn.
“ah kamu Ndut, urusan makanan aja
semangat empat lima” Ujar Tania sambil mengelus perut Ririn yang lumayan
berisi.
“huuu.... geli Tania! Yaa harus semangat
dong, ayo senyum dong Keisha bawel, jangan cemberut lagi...” ujar Ririn
menyemangatiku.
“serius-lah guys, aku baru dikasih honor dari si babeh nih!” jawab Chaca.
“honor apaan maksudnya Cha?” tanyaku
heran.
“biasaa.... honor nge-babu dirumah.
Mamaku kan pergi kerumah nenek di Bali, jadi siapa lagi coba yang bantu-bantu
dirumah kalau bukan Aku?” jawab Chaca lagi.
“oke deh! Mending sekarang kita kekantin,
kalau kantin penuh kan gawat” sahut Ririn lagi.
“udah deh Ndut, nggak usah lebay gitu.
Upps, sorry!” jawab Tania lagi.
Sesampainya
disana, kami pun duduk dimeja kantin sedangkan Chaca yang hafal betul dengan
kesukaan kami yang memesan empat porsi mie bakso untuk kami dengan catatan
sesuai favorit kami masing-masing. Namun ditengah keramaian ini, Aku masih saja
melamunkan kejadian tadi dan masalahku yang membuat hubunganku dengan Kak Reza
sebagai kakak dan adik kelas semakin menjauh.
“nggak mau ketemu sama mereka! Nggak mau
ketemu dia! Nggak mau ketemu dia! Nggak mau ketemu dia!”
“ssstt, Kei....” bisik Tania sambil
mengarahkan matanya dan menggerakkan kecil kepalanya ke sebelah kanan dia.
“hah, My God!!” teriakku dalam hati.
Aku tak sadar kalau orang disebelah Tania itu Kak Reza, Kak Ferdi, Kak
Lingga dan segerombolan teman mereka.
“Fer, itu tuh.. cewek itu!” bisik Kak
Reza sambil menoleh kearah ku.
Aduuh, gimana niih? Nggak mungkin kalau
Aku ngebalik sambil lari menuju kelas sedangkan semangkuk mie bakso sudah ada
di depan mata. Aaaargh!! Help Me
Abang bakso, help Me. This is an
emergency!! Teriakku dalam hati. Kalau Aku bilang dan teriak seperti ini
secara langsung, yang ada dibilang cewek apaan Aku di mata mereka nantinya.
“guys,
kita makan dikelas aja yuk!” ajak Tania sambil berdiri membawa mangkuk bakso.
“okey,
ayo girls” ajak Chaca pula.
Alhamdulillah.. huh, akhirnya.
“hati-hati ya dek, awas gebetannya
ngikutin dari belakang!” teriak Kak Lingga. Mereka menertawakan dari belakang
saat kami berjalan.
“kurang ajar! Aku semakin nggak mau aja
ketemu sama mereka!”
“sabar Keisha sabaaarr.... emang kurang
ajar banget moster-monster sekolah
kita!” Ririn nge-dumel sambil berjalan disebelahku.
****
Seperti
biasa Aku, Chaca, Ririn juga Tania berangkat sekolah bersama. Baru saja
memasuki gerbang sekolah, sambil berjalan menuju kelas Aku merasakan firasat
tidak baik.
“kok Aku deg-deg an yah? Kenapa Aku jadi
takut gini yah?”
“iya lah Kei, kamu kan hidup makanya
kamu deg-deg an. Gimana sih ah!” sahut Tania.
“oh pantas saja, ada monster and the gang tuh di depan kelas mereka”sahut Chaca pula.
“Haduh, kemarin Aku bilang nggak mau
ketemu mereka. Kenapa masih pagi gini udah harus ketemu sih?” ucapku pelan. Terpaksa
kami pun melewati depan kelas mereka.
“Fer, sebenarnya Aku juga mau sama dia.
Tapi kalau inginnya menjauh, yasudah..” sahut Kak Reza.
“ahhahaaa..... Aku bilang juga jangan
gengsi-an lah, begini nih ceritanya
kalau sama-sama gengsi” jawab Kak Ferdi.
“Kak Reza lagi curhat Kak?” tanyaku
dengan sikap dingin sambil berjalan melewati mereka.
“iya Keisha, si Reza emang hobi banget
curhat” jawab Kak Lingga.
“biarlah. Dulu saja sok jual mahal, nah
sekarang baru deh menyesal” ujar Kak Reza lagi.
“bagus za, bagus. Biar menjadi pengalaman
di SMA buat kalian, yakin deh pasti susah untuk dilupakan” jawab Kak Lingga
lagi.
Obrolan mereka masih saja terdengar
sampai belokan tangga menuju kelasku.
“Kei, lihat nih! Kak Reza buat Timeline di Twitter ” sahut Ririn sambil berjalan menuju kelas kami.
“apa katanya? Coba bacakan!” tanya Chaca
penasaran.
“anggap saja kita nggak pernah ketemu,
nggak pernah kenal, dan nggak ada hubungan apapun. Pake tanda seru banyak
segala lagi Kei” ucap Ririn menjelaskan.
“ingin pergi.... ingin pindah sekolah!!”
teriakku didalam kelas.
“jangan dong! Kalau nggak ada kamu,
siapa lagi yang paling bawel di kelas?” sahut Chaca.
“jangankan kalau kamu nggak ada, kamu
galau tiap hari seperti ini saja bawel kamu mulai menghilang” sahut Tania pula.
Iya
sih. Hampir semua teman dikelas berkata, akhir-akhir ini Aku selalu terlihat murung
dalam kelas. Baru kali ini Aku merasakan galau segalau-galau nya hanya karena
cowok nyebelin seperti Kak Reza. Ku akui, mungkin Aku memang tidak begitu
cantik, Aku bukan siapa-siapa, dan Aku bukan apa-apa dimata Kak Reza. Dulu Aku
memang sempat jatuh cinta padanya, tepatnya dua minggu setelah masa orientasi
siswa angkatan ku. Bisa dibilang jatuh cinta pada pandangan pertama. Waktu
pertama kali Aku bertemu Kak Reza disamping lapangan olahraga, dia memberi ku
senyuman. Nah, mulai detik itu juga jantungku selalu berdebar lebih cepat dari
biasanya. Kalau kata orang sih, itu yang dinamakan cinta. Ah tapi itu dulu,
kalau sekarang..... entahlah?
****
Sekarang
Aku sudah kelas sebelas dan Kak Reza naik ke kelas dua belas. Sudah beberapa
bulan lamanya Aku berusaha melupakan semua incident
dimasa lalu itu. Bahkan sebelum kenaikan kelas Aku, Chaca, Ririn juga Tania pun
sudah lama tak pernah lagi muncul dihadapan Kak Reza, Kak Ferdi dan Kak Lingga.
Tapi hari ini Kak Reza menemuiku ke kelas. Aku heran, darimana dia mengetahui
kelasku disini? Sekarang hubungan kami tak separah dulu saat ku masih dikelas
sepuluh. Dan hal yang dulu menurut ku tak mungkin kini menjadi nyata. Aku dan
Kak Reza bersahabat seperti dulu. Kak Reza dan teman-temannya mungkin sudah
melupakan incident masa lalu. Kak
Ferdi dan Kak Lingga pun kini berubah, mmm... seratus delapan puluh derajat
deh. Aku mengobrol dengan Kak Reza didepan kelasku.
“halo kawan! Nggak salah lihat nih?”
sahut Ririn mengagetkan ku dan Kak Reza dari belakang.
“ciee, ada yang bersemi kembali niih”
sahut Chaca.
“iya benar, Anggrek ditaman sebelah
perpustakaan yang sekarang lagi bersemi
tuh Cha!” jawab Tania.
“hai semua! Mmm.... Kei, Kakak ke kelas
dulu ya” sahut Kak Reza.
“oh, iya Kak”
Karena
mereka begitu penasaran, setelah Kak Reza kembali kekelas nya Akupun segera menjawab
dan menjelaskan pada ketiga sahabatku. Benar dugaan mereka, kini Aku dan Kak
Reza sedang dekat namun hanya sebatas sahabat. Selain mengobrolkan yang tidak
jelas, barusan Aku dan Kak Reza sedikit bercerita. Ternyata kini dia sudah
mempunyai seorang pacar. Ketua OSIS baru tahun ini, Mella namanya. Ketika
ketiga sahabatku ini bertanya bagaimana dengan ku sekarang, Aku hanya menjawab “iya, Aku baik-baik saja.
Ini buktinya Aku nggak galau lagi” ku berkata seperti itu dengan senyuman
sederhana ini namun tak semanis senyuman yang lain, demi menutupi kekecewaan
ini.
****
Besok
adalah hari Ujian Nasional bagi kelas dua belas. Otomatis kelas sepuluh dan
sebelas diliburkan. Senin depannya Aku masuk sekolah seperti biasa berangkat
bersama ketiga sahabatku.
“halo bawel.. hai teman-temannya bawel!”
sahut Kak Reza
“hei Kak! Kenapa sekolah? Bukannya kelas
dua belas sudah bebas?” tanyaku.
“iya sih, kita memang libur. Tapi
daripada dirumah, kan bosen jadinya” jawab Kak Ferdi.
“lagipula kita kangen suasana sekolah
seperti ini” jawab Kak Reza pula.
“kangen Mella yaa Kak? Huehheehehee...”
timbal Tania.
“ah kamu bikin muka si Reza malu tuh, huahhahaa...”
jawab Kak Ferdi lagi.
“oh ya Kei, istirahat nanti bisa ketaman
sebelah perpustakaan? Ada yang ingin Kakak sampaikan” sahut Kak Lingga.
“kayaknya serius ya Kak? Oke deh, sip!”
“mmm, kita ke kelas dulu ya Kak..” sahut
Chaca.
Setelah bel istirahat berbunyi, Akupun
segera menuju ke taman sebelah perpustakaan. Disana terlihat Kak Ferdi dan Kak
Lingga yang sudah menunggu.
“mengapa hanya berdua? Kak Reza mana?”
“Reza sudah pulang duluan, buru-buru
katanya” jawab Kak Ferdi.
“oh ya, ada apa nih Kak ajak Aku
kesini?”
“sebenarnya kita disuruh oleh Reza, kita
sudah menolaknya namun dia tetap memaksa. Katanya sih dia malu dan gak jelas
deh pokoknya” jawab Kak Lingga.
“kenapa harus malu? Memang ada apa sih?”
tanyaku heran.
“tadi pagi sebelum bel masuk Reza
ketemuan sama Mella, hubungan mereka baru saja putus” jawab Kak Ferdi.
“putus? Kenapa bisa? Lalu apa
hubungannya denganku?”
“alasan Reza memutuskan hubungannya
dengan Mella itu kamu Kei, barusan dia berkata jujur dan kita saksinya” jawab
Kak Ferdi lagi.
“sebenarnya Reza itu menyimpan rasa
sayangnya buat kamu dari dulu dan sampai saat ini pun belum berubah, katanya
hanya kamu yang benar-benar ada dihatinya” jelas Kak Lingga.
“ah bohong nih. Kak Lingga bercanda ya?
Nggak lucu ah!”
“serius Keisha. Sebentar lagi kita mau
lulus dari sekolah ini, jadi kamu harus tahu yang sebenarnya dan untuk apa kita
bercanda dalam urusan kayak gini” jawab Kak Lingga lagi.
“eh, nggak-nggak. Kita nggak jadi
menceritakan yang sebenarnya. Besok kan hari sabtu, sekolah libur. Lebih baik
kamu temui Reza di Bandara Husein Sastranegara jam 8 pagi. Ajak teman-temanmu
juga, karena kita juga akan kesana besok” timbal Kak Ferdi.
****
Esoknya,
Akupun pergi ke Bandara ditemani ketiga sahabatku. Setibanya disana, sudah ada
Kak Reza, Kak Ferdi, dan Kak Lingga. Kamipun memperbincangkan untuk apa kami
menemui Kak Reza disini. Kemudian Kak Reza menarik tanganku ke tempat lain.
“Keisha, ini kotak musik dengan warna
favoritmu kenang-kenangan dari Kakak. Aku yakin kamu pasti marah setelah
mendengar penjelasan dari Ferdi dan Lingga kemarin tentangku yang sudah
membohongi perasaan ini. Tiga puluh menit lagi Aku akan berangkat menuju Jepang.
Do’a-kan Aku supaya berhasil melanjutkan sekolah tinggi di Tohoku University of Art and Design di Yamagata. Bisa jadi ini adalah pertemuan terakhir kita. Jangan
sedih ya Kei, jangan marah. Tapi ini adanya, Aku benar-benar sayang sama kamu
sejak pertama kali bertemu. Kalau suatu saat nanti kita bertemu kembali, sudah
pasti itu takdir cinta lah yang mengizinkan. Mungkin kamu ilfeel dengan perkataan ku ya? Aku janji akan selalu menghubungimu
darisana. I Love You Keisha cantik.”
Tak
lama kemudian kami berdua pun kembali ketempat tadi. Aku, Chaca, Ririn, Tania,
Kak Ferdi, juga Kak Lingga pun mengucapkan selamat tinggal untuk Kak Reza sambil
melambaikan tangan untuk terakhir kalinya. Tanpa kusadari, air mataku terjatuh
membasahi kotak musik berwarna pink
pemberian dari Kak Reza ini. Hingga kini Aku selalu bertanya “do I hate You monster
ku?” namun pada akhirnya Aku selalu berkata “but, I really Loves You Kak Reza”.